Tinjauan Kondisi Cuaca pada Kejadian Banjir Tanggal 28-29 Januari 2013 di Samarinda


Tinjauan Kondisi Cuaca pada Kejadian Banjir Tanggal 28-29 Januari 2013 di Samarinda


oleh : BONY S.P (METEOROLOGIST BMKG BALIKPAPAN)
Artikel juga di kirim ke kolom TRIBUNNERS TRIBUN KALTIM

Pada malam tanggal 28 januari 2013 hingga tanggal 29 Januari dilaporkan bahwa telah terjadi Banjir di wilayah Kota Samarinda. Berdasarkan berita dari Beberapa media massa, bahwa tinggi banjir tersebut berkisar antara 80 cm hingga 1 meter sehingga membuat aktifitas warga di kota tersebut menjadi terganggu.

Banyak Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya banjir di suatu daerah, mulai dari faktor lingkungan, tata kota hingga faktor cuaca berupa hujan. Disini saya akan mencoba menjelaskan tinjauan kondisi cuaca saat dan sebelum terjadinya kejadian Banjir di kota Samarinda.

Data satelit cuaca akan sangat membantu untuk memberi gambaran mengenai cakupan awan awan hujan sebelum dan saat terjadi hujan di Kota Samarinda. Berdasarkan citra satelit cuaca MTSAT Kanal IR-1, pada pagi hingga sore kondisi di Samarinda pada umumnya cerah berawan. Munculnya awan awan hujan terpantau sekitar pukul 21.00wita di sebelah barat laut Samarinda. Selanjut Awan awan hujan di barat laut samarinda ini terus berkembang dan bergerak masuk ke Kota Samarinda sehingga terjadi hujan antara pukul 22.00 – 23.00 wita. Sekitar Pukul 00.00 – 01.00 wita, awan awan hujan sudah tersebut telah merata di seluruh wilayah Samarinda yang bisa menandakan hujan telah merata membasahi Kota Samarinda.

Berdasarkan data hujan yang ditakar oleh Stasiun Meteorologi Samarinda, total hujan di Kota Samarinda mulai dari awal hujan saat malam hari tanggal 28 Januari hingga saat pagi hari tanggal 29 Januari adalah sekitar 97 millimeter dan termasuk dalam kriteria Hujan dengan Intensitas Lebat. (Dikatakan hujan lebat bila Curah Hujan >50 mm per Hari).  

Berdasarkan pengolahan data hasil estimasi curah hujan dari satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) menunjukkan juga curah hujan di Samarinda saat itu termasuk kategori lebat.

Mengapa terjadi hujan dengan intensitas lebat ??     

Berdasarkan citra satelit cuaca MTSAT IR-1, temperatur puncak awan hujan (awan Cumulunimbous) bernilai lebih kecil dari negatif 60 derajat Celsius. Temperatur dingin pada puncak awan ini menandakan bahwa awan hujan (awan Cumulunimbous) ini menjulang tinggi dari dasar awannya. Hal ini menandakan awan awan yang tinggi besar tesebut memiliki kandungan partikel-partikel air yang banyak dan ditambah cakupan awan yang begitu luas merata di Samarinda hingga menyebabkan air hujan yang jatuh ke tanah juga banyak.

Berdasarkan analisa terhadap dinamika atmosfer sebelum dan saat terjadi hujan tersebut, Kondisi pola angin lapisan 3000, 5000, 10000 dan 15000 feet semuanya menggambarkan pola pumpunan/pertemuan angin (konvergensi). Hal ini menyebabkan massa udara yang mengandung uap air berkumpul dan pada akhirnya membentuk awan awan hujan (awan konvektif).

Daerah Pertemuan Angin (konvergensi) yang terjadi ini tidak hanya di sekitar Samarinda saja, namun mencakup hampir sepanjang Kalimantan Timur bagian selatan hingga selat Makassar. Sehingga saat terjadi hujan di Samarinda pada malam hari tanggal 28 Januari 2013 hingga tanggal 29 Januari 2013, sebetulnya di kota atau daerah sekitar samarinda juga terjadi hujan juga. Misalnya di Kota Balikpapan yang juga terjadi hujan dari malam tanggal 28 hingga tanggal 29 Januari 2013 dengan Curah Hujan sebesar 75mm dan termasuk kategori Lebat juga.


          Dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi cuaca yang terjadi saat terjadi banjir adalah berupa hujan dengan intensitas lebat dengan cakupan awan awan hujan yang cukup luas. Selain itu hujan hujan yang terjadi pada hari hari sebelumnya juga bisa menambah beban tanah untuk menampung air hujan yang jatuh. Bila tanah sudah tidak lagi menampung air hujan yang jatuh, maka air akan begitu saja menjadi limpasana di atas daratan dan menggenang menjadi banjir.

Namun begitu, faktor cuaca hanya merupakan salah 1 faktor yang bisa memicu terjadinya banjir dan masih banyak faktor lain berupa tata kota dan faktor kondisi lingkungan yang jika tidak dibenahi secara maksimal, bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya banjir saat terjadi hujan. Karena dalam beberapa hari / minggu kedepan pada bulan februari masih besar kemungkinan turunnya hujan karena secara statistik bulan februari masih termasuk musim hujan dengan rata-rata curah hujan 1 bulan termasuk kategeori menengah walaupun memang lebih rendah dari rata-rata Curah Hujan Bulan Januari.

Untuk  itu ada baiknya selalu memantau Prakiraan Hujan harian yang bisa dilihat di koran tribun Kaltim ini atau bisa mengakses Web BMKGhttp://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Meteorologi/Prakiraan_Cuaca_Propinsi.bmkg?prop=11 dan untuk prakiraan bulanan di alamathttp://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Klimatologi/Prakiraan_Hujan_Bulanan.bmkg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar