Penulis merupakan Meteorologist BMKG Balikpapan &
sedang menempuh studi lanjutan Meteorologi di STMKG (Sekolah Tinggi Meteorologi
Klimatologi Geofisika)
Artikel juga di kirim ke kolom TRIBUNNERS TRIBUN KALTIM..
Pada beberapa minggu di bulan oktober ini, banyak media
massa lokal maupun nasional yang memberitakan munculnya asap di beberapa beberapa
wilayah di kalimantan timur yang salah satunya adalah kota balikpapan. Selain
itu, pemberitaan tentang mulai berkurangnya cadangan air bersih PDAM di waduk
manggar kota Balikpapan karena minimnya hujan yang terjadi pun juga semakin
sering menghiasi pemberitaan di media cetak dan elektronik baik lokal maupun
nasional. Diberitakan bahwa jika hujan tidak turun dalam beberapa hari kedepan,
maka kondisi air waduk manggar kota Balikpapan akan kritis dan akan sangat
mengganggu kelancaran distribusi air bersih bagi penduduk.
Jika dilihat dari data stasiun meteorologi BMKG
Balikpapan, maka kondisi hari tanpa hujan berturut-turut di balikpapan dimulai
dari tanggal 18 september 2014 hingga sekarang (14 oktober 2014) belum turun
hujan. Berdasarkan data tersebut maka di Balikpapan sudah tidak terjadi hujan
selama hampir 1 bulan lamanya. Hal tersebut bisa mendukung faktor kurangnya
pasokan air di waduk manggar.
Berdasarkan grafik data rata-rata hujan bulanan selama
30 tahun, maka bulan agustus dan september merupakan bulan yang biasanya
memiliki curah hujan bulanan terendah dibanding bulan-bulan lainnya (jan,feb,mar,apr,mei,juni,juli,okt,nop,des),
lalu grafik curah hujan rata-rata bulanan mulai terdapat kenaikan pada bulan
oktober. Namun walau begitu, tidak setiap tahun di bulan agustus september memiliki
bulan kering (curah hujan bulanan dibawah 150mm). Jika dilihat kondisi
akhir-akhir ini, maka yang terjadi adalah curah hujan terendah tidak terjadi
pada bulan agustus maupun september, melainkan mundur 1 bulan yaitu pada bulan
september dan oktober.
Untuk mencari penyebab minimnya hujan pada bulan
september 2014 dan oktober 2014, maka dianalisa pola cuaca skala besar dan
kecilnya. Berdasarkan analisa tersebut, diketahui bahwa pola cuaca skala besar
seperti elnino/laNina berada pada kondisi netral yang berarti tidak terjadi
pengurangan maupun penambahan curah hujan akibat fenomena tersebut. jika
dilihat kondisi MJO (Madden Julian Oscillation) yang tidak terdeteksi kemunculannya
dan tidak berada di Indonesia Region, maka tidak ada penambahan curah hujan ke
daerah balikpapan. Jika dilihat Pola angin gradient atau angin di lapisan 3000
feet, maka di sekitar balikpapan terdapat pola angin yg berhembus dari selatan
dengan kecepatan angin lumayan kuat yang bisa menghancurkan awan-awan hujan
yang akan dan sedang tumbuh. Hal ini bisa dilihat pada waktu dini - pagi hari
terdapat banyak awan potensi hujan namun tidak sampai turun hujan dan menjelang
siang sudah tidak ada awan hujan yang muncul sehingga siang dan sore balikpapan
cerah. munculnya pola angin selatan dengan kecepatan angin yang lumayan kuat
dan tidak terdapatnya signal MJO di indonesia region merupakan salah 1 faktor
yang menyebabkan bulan september dan oktober pada tahun ini memiliki curah
hujan yang sangat kurang di bandingkan bulan serupa di tahun lain.
Untuk asap yang juga merambah wilayah balikpapan dan
sekitarnya, bisa dianalisa dari pola angin, sumber titik panas dan ada tidaknya
hujan. Berdasarkan data stasiun meteorologi BMKG Balikpapan, kondisi ber-asap
di Balikpapan mulai terjadi pada tanggal 24 september 2014 dan hampir terjadi tiap
hari setelah tanggal tersebut hingga saat ini. Biasanya jarak pandang mulai
rendah pada waktu menjelang pagi dan jarak pandang kembali bagus lagi sekitar
pukul 11 siang walau ada beberapa hari jarak pandang rendah terjadi hingga
siang menjelang sore hari.
Jika dilihat berdasarkan pola angin, maka secara umum
angin berhembus dari arah selatan Balikpapan. Data titik panas (hotspot) tidak selalu
menyatakan bahwa terdapat titik api (firespot) karena data titik panas
(hotspot) menunjukkan suatu daerah yang memiliki suhu yang tinggi yang tidak
lazim. Sehingga dimungkinkan lokasi dimana terdapat cerobong pabrik yang suhunya
tinggi bisa terdeteksi menjadi hospot. Walau begitu, data titik panas (hotspot)
bisa menjadi acuan bagi petugas lapangan dari instansi terkait untuk mengecek
ada tidak nya titik api (firespot) di lapangan berdasarkan koordinat dari data
titik panas (hotspot). Berdasarkan data titik panas (hotspot) dari satelit aqua
- terra dan satelit suomi NPP yang datanya ditransfer dari satelit tersebut ke instrumen Ground satellite receiver (GSR) yang
dimiliki oleh stasiun Meteorologi BMKG Balikpapan, maka konsentrasi titik panas
(hotspot) terdapat di balikpapan, kabupaten paser dan daerah kalimantan tengah
- kalimantan selatan yang terletak di selatan dan barat daya balikpapan.
Konsentrasi titik panas (hotspot) yang banyak justru terdapat di wilayah
Kalimantang tengah - kalimantan selatan dan kabupaten paser dan dengan
dominannya angin yang berhembus dari arah selatan balikpapan maka asap yang
muncul di Balikpapan dominasi berasal dari wilayah sebelah selatan balikpapan
tersebut.
Dengan banyak munculnya titik panas di wilayah sebelah
selatan Balikpapan dan tidak adanya hujan hampir sebulan di balikpapan yang
bisa mendukung masih seringnya asap singgah dan muncul di balikpapan. Selain
itu, asap yang merupakan partikel kering bisa menghambat kemunculan awan hujan
karena kelembaban udara semakin berkurang.
Jika dilihat dari model prakiraan cuaca numerik, maka
kedepannya terdapat kenaikan potensi turunnya hujan. Karena kedepannya pola
angin gradient atau angin di ketinggian 3000 feet yang semula dominan berhembus
dari selatan dengan lumayan kencang akan berkurang dan akan saling bergantian
dengan pola angin dari timur laut. Hal tersebut bisa menyebabkan munculnya pola
pusaran angin (vortex) di sekitar selat makassar yang akan memicu pertumbuhan
awan hujan di selat makassar dan bisa bergerak memasuki wilayah Balikpapan dan
sekitarnya sehingga Balikpapan akan merasakan turunnya hujan juga.
Walau begitu hujan yang terjadi dalam beberapa hari
kedepan dimungkinkan tidak langsung dalam jumlah yang besar dan sering, melainkan
akan bertahap. Apalagi jika angin selatan kembali kuat yang bisa membawa asap
dari kebakaran lahan di wilayah-wilayah di selatan Balikpapan (kalteng, Kalsel
dan kabupaten paser) yang bisa mengurangi kelembapan untuk awan hujan bisa
tumbuh maksimal.
Tidak dipungkiri
bahwa banyaknyaa titik panas (hotspot) bisa dipicu karena minim atau tiadanya
hujan yang turun disuatu wilayah karena angin selatan yang lumayan kencang dan
signal MJO yang lemah, namun tidak akan signifikan hingga terjadi kebakaran
lahan dengan asap yang sangat banyak jika tidak ada campur tangan jahil
manusia. Oleh karena itu menjaga agar lahan / semak belukar tidak terbakar oleh
tangan-tangan jahil manusia itu sangat penting karena asap hasil pembakaran
bisa berpengaruh terhadap mundurnya hari turunnya hujan dari yang seharusnya.
Jika hari turunnya hujan mundur terus makan akan berpengaruh terhadap cadangan
air di waduk yang biasanya berasal dari air hujan. Jika cadangan air di waduk
berkurang, maka akan mengurangi kelancaran distribusi air bersih ke warga kota.
Kesimpulannya adalah alam dalam hal ini cuaca secara
alamiah bisa mempengaruhi terhadap munculnya titik panas dan titik api
penghasil asap. Namun ulah jahil tangan yang menambah parah banyaknya titik api
penghasil asap bisa juga mempengaruhi alam yang dalam hal ini adalah cuaca
berupa mundurnya atau lambatnya hari turunnya hujan dan mempunyai efek lanjutan
seperti semakin tipisnya cadangan air bersih di waduk untuk warga kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar